Minggu, 13 Februari 2011

Baptisan Bayi Dalam Gereja Katolik

Macam-Macam Baptisan:
Baptisan bayi : baptisan yang diterima saat masih bayi
Baptisan dewasa: baptisan yang diterima saat sudah dewasa
Baptisan rindu: saat seseorang ingin dibaptis dan ingin menjadi anggota Gereja Katolik, menjalani masa katekumenat namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal. Maka ia sudah menerima baptisan rindu
Baptisan darah: saat seseorang ingin dibaptis dan ingin menjadi anggota Gereja Katolik, menjalani masa katekumenat namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal karena membela imannya.



Perbedaan Baptisan Yesus dan Baptisan kita

- Kitab Suci pernah menceritakan bahwa Yesus dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes pembabptis.
- Baptisan Yesus dan baptisan yang kita terima tidak sama.
Baptisan kita adalah baptisan pertobatan sedangkan baptisan Yesus adalah bentuk solidaritas Yesus dengan manusia yang selalu berdosa. Yesus tidak membutuhkan pertobatan, karena Yesus adalah Allah yang menjadi manusia (sama dalam segala hal dengan manusia kecuali dalam hal dosa).



Baptisan Bayi

Banyak sekali saudara/i kita dari Gereja Protestan yang tidak dapat menerima praktek babtisan bayi. alasan yang sering diajukan antara lain: Babtisan memerlukan pertobatan dan iman (anak kecil dan bayi tidak bisa) juga yang sering juga diajukan adalah tidak adanya dasar alkitab bagi babtisan bayi. Perlu kita ketahui bahwa babtisan bayi lebih merupakan Tradisi Apostolik, dan kita ketahui bahwa dasar Iman Katolik tidak hanya Alkitab tetapi juga Tradisi Apostolik. Jika kita ingin mencari babtisan bayi dalam kita suci hal itu sulit didapat karena dalam Kitab Suci tidak diungkapkan secara eksplisit mengenai babtisan bayi tetapi tidak ada larangan agar anak-anak(bayi) dibabtis. Kita tahu bahwa babtisan itu melahirbarukan dan menghapus dosa asal oleh karena itulah Gereja tidak melarang bayi dibabtis. Lalu bagaimana dengan iman anak?? jawaban yang mudah adalah bahwa perkembangan iman anak adalah tanggung jawab orang tua karena itu janji mereka ketika menikah untuk membesarkan anak-anak dalam iman katolik (tidak mungkin ada orang tua yang mau anaknya berbeda iman dengannya).
Sekarang kita mencoba mereview Kitab Suci. dalam Kis 2:38-39 dikatakan "Jawab Petrus kepada mereka: 'Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.' " disini jelas sekali ungkapan Petrus bahwa kita perlu bertobat dan dibabtis yang akhirnya kita mendapat buah dari babtisan itu yaitu menerima Karunia Roh Kudus (ayat 38) dan janji itu berlaku pula untuk anak-anak (bayi juga termasuk anak-anak) (ayat 39) tentunya juga dengan melakukan hal yang sama yaitu dibabtis. Bila kita melihat dalam Perjanjian Lama dimana kita tahu bahwa bayi harus disunat (padahal mereka tidak tahu apa-apa soal iman) lihat pada Kej 17:12, Im 2:21, Luk 2:21 lalu pada Kolose 2:11-12 "Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati." disin jelas bahwa Paulus mempararelkan antara Sunat (Ayat 11) dengan Babtisan (ayat 11b-12) kita tahu bahwa hukum sunat berlaku juga untuk anak (bayi) berarti babtispun demikian. lalu dalam Kis16:15,33 dikatakan "ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya" (ayat 15) dan "Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis." (ayat 33) dari kedua ayat ini tidak tertutup kemungkinan akan adanya bayi dan ikut dibabtis karena pada ayat itu maupun sebelum atau sesudahnya tidak ada kata "kecuali bayi atau anak-anak". Pada abad ke II sudah ditemukan Babtisan bayi seperti St. Polikarpus, misalnya, dibunuh sebagai martir pada tahun 155 M. Pada saat penguasa Romawi memaksa Polikarpus untuk menyangkal Yesus Kristus dan untuk menyembah kaisar Roma, ia berseru demikian, "Delapan puluh enam tahun saya menjadi hamba-Nya, dan Ia tidak pernah berbuat yang tidak baik kepadaku, bagaimana mungkin saya dapat menghojat Rajaku yang telah menebusku?" Kesaksian ini berarti bahwa Polikarpus dibaptis sejak ia masih bayi atau kanak-kanak, yakni sekitar tahun 70-an. Hal ini tidak benar hanya jika Polikarpus sudah mencapai usia yang amat tinggi pada tahun 155 M itu, sehingga 86 tahun sebelumnya ia sudah dewasa dan baru dibaptis waktu itu.



Prosedur Permandian bagi Baptis Bayi/Balita.


· Orang tua dari balita menemui ketua lingkungan meminta surat pengantar untuk Baptisan Balita (usia baptisan balita di bawah umur 5 tahun).

· Orang tua dari balita mencari/memilih (dan menghubungi) sendiri wali baptis untuk anak mereka. wali baptis sesuai dengan jenis kelamin anak yang mau dibaptis.

· Datang & mendaftarkan anaknya di Sekretariat Paroki sambil membawa surat-surat berikut :

o Surat pengantar untuk baptisan balita dari ketua lingkungan

o Fotokopi surat perkawinan Gereja orang tua

o Fotokopi akte kelahiran / surat keterangan lahir dari rumah sakit/bidan

o Kartu keluarga katolik

· Jika tidak ada perubahah, baptisan diadakan sesuai dengan agenda dari masing-masing paroki. Dimana sebelumnya, orang tua & wali baptis wajib mengikuti pertemuan Rekoleksi / pembinaan di Gereja.

· Orang tua wajib menyediakan iurastolae untuk romo. Besarnya iurastolae sebesar kemampuan dan rasa syukur keluarga atas rahmat keselamatan dan pelayanan yang telah diterima. Iurastolae diberikan secara langsung/dikumpulkan oleh petugas kepada romo yang membaptis. Bagi yang benar-benar tidak mampu boleh tidak memberi iurastolae.

· Tidak perlu menyediakan biaya-biaya lain berkenaan dengan persiapan dan pelayanan Baptis ini, karena semua sudah disediakan oleh Gereja secara gratis.

· Mengambil Surat Baptis di Sekretariat Paroki.

Markus 1:9-11, Lukas 3:21-22, Yohanes 1; 32-34.
Pembaptisan bayi mulai dilakukan sejak abad ke-2 dengan menggunakan wali baptis dewasa. Santo Agustinus (430) membela kebiasaan ini, dan pada abad ke-6 Gereja Siria bahkan mewajibkan Pembaptisan bayi. dengan berkembangnya paham dosa asal, pembaptisan bayi memperoleh dasar teoritisnya. berdasarkan argumentasinya Santo Paulus, bahwa semua orang mengambil bagian dalam dosa Adam, Agustinus menarik kesimpulan bahwa setiap bayi tidak hanya lahir mewarisi kecenderungan untuk berdosa, melainkan juga ikut mengambilbagian dalam dosa Adam itu. Agustinus mendasarkan pahamnya pada Roma 5:12. Sebelum abad ke-5 pembaptisan bayi dilaksanakan sebelum bayi berusia delapan hari, karena dianggap penting demi keselamatan abadinya. (Roma 6:2-4; 1 Korintus 12:12-13; Galatia 3:26-29; Kolose 2:9-13)

BAPTIS BAYI - Kenapa ada Baptisan Bayi ?

Banyak saudara-saudara kita dari gereja lain tidak percaya dengan Baptisan Bayi. Karena mereka menganggap bahwa bayi belum mengerti apa-apa. Bayi yang baru lahir belum dapat menentukan baik-buruk, belum mempunyai iman, belum dapat menentukan salah benar, hitam putih dan sebagainya. Maka dari itu tidak diperkenankan untuk membaptis bayi pada gereja-gereja tertentu.

Betulkah begitu?

Betul, benurut aturan dan tata cara mereka sendiri. Tetapi bagi Gereja Katolik yang Kudus, sebagai tubuh Kristus tidaklah demikian. Gereja telah menetapkan bahwa menjadi kewajiban orangtua untuk mendidik anaknya dalam terang Kristus di bawah Gereja yang Kudus yaitu Gereja Katolik.
Baptisan adalah lambang 'percaya', 'bertobat' dan 'penganugerahan perjanjian Allah.' Memang semua juga tau bahwa bayi belum bisa bertobat, tetapi kalau sejak kecil ia sudah diajari beriman dan hidup dalam kebenaran Tuhan, apa kalau dewasa ia perlu lagi untuk bertobat ? Bertobat dari apa? Ketidakpercayaan? Sejak kecil ada di dalam keluarga Kristiani ia telah mengenal kepercayaan Kristen dan belum pernah tidak percaya. Di sinilah letak tanggung jawab orang tua baptis selagi bayi, supaya dengan kesabaran dapat menjaga Iman Kristen yang telah ada padanya sejak dilahirkan.

Dapatkah seorang anak (apalagi masih bayi) percaya kepada-Nya?

Mungkin pertanyaan yang paling dekat dan tepat dengan baptisan adalah :

“Sudahkah anak-anak/bayi itu menjadi murid-Nya, bila orangtuanya adalah murid-Nya”?

Jika orangtua menjawab ya, atau orangtua yang akan membaptis anaknya menjawab ya, bahwa anaknya adalah juga murid Yesus. Maka dari itu jangan ragu untuk membaptiskan bayinya.

Kenapa?

Karena baptisan berkaitan erat dengan persoalan ‘menjadi murid-Nya’ (Mt. 28:19).

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah :
1. Logikanya sederhana. Gereja katolik ingin bahwa semua orang siapapun juga - besar/kecil, tua/muda, dewasa/anak2, sehat/sakit – tanpa pandang bulu mendapatkan rahmat keselamatan. Dan itu dapat dicapai hanya melalui persatuan penuh dengan Yesus Kristus Sang Kepala dan Gereja adalah Tubuh-Nya. Oleh karena itu baptisan bayi adalah ungkapan yang paling esensial dari niat Gereja Katolik tersebut. Dengan baptisan, si bayi mendapatkan status baru yaitu sejak dini telah menjadi WARGA NEGARA SURGAWI.
2. Karena Baptisan Bayi merupakan praktek jemaat Kristen Awal. Penemuan Katakombe menunjukkan praktek pembaptisan bayi di jemaat kristen awal.
3. Bapa Gereja Awal mendukung praktek baptisan bayi.
4. Banyak ayat di Alkitab yang mengacu ke Baptisan bayi:
a. Yesus menekankan pentingnya kelahiran kembali (baptisan) bagi
kelayakan untuk kerajaan surga (Yoh 3). Ini berarti semua yang
memang bisa untuk dibaptis sebaiknya dibaptis karena Allah
menginginkan semua manusia untuk diselamatkan. Dan Karena
Yesus juga mengajukan bahwa anak-anak pantas mendapatkan
kerajaan surga (Matius 19:14) dan menyuruh mereka untuk
datang padaNya (Luk 18:15). Kata "anak-anak kecil" yang
digunakan di Luk 18:15 berasal dari kata Yunani "Brephos" yang
berarti bayi atau bahkan embryo atau fetus.
b. St Paulus di Kol 2 menjabarkan bagaimana baptisan
menggantikan sunat dan kita tahu bahwa sunat diperuntukkan
baik bagi dewasa maupun bayi.
c. Kis 16:15 dan 1Kor 1:16 menunjukan pembatisan bagi satu
keluarga. Kemungkinan, meskipun tidak pasti, bahwa di dalam
keluarga tersebut ada bayi ataupun anak kecil.
Kalau Yesus sendiri menyuruh anak-anak untuk datang kepadaNya maka merekapun berkenan di mata Allah dan Tuhan tidak akan membuat pengecualian dan akan memberikan Rahmat iman terhadap semua orang berbagai bangsa termasuk anak-anak dan juga tentunya bagi seorang BAYI.

TANGGUNG JAWAB ORANGTUA
Isi dari tanggungjawab - dalam koridor keagamaan dan iman - orangtua terhadap anak bayi yang akan dibaptis adalah sangat berat. Tanggungjawab tidak dapat berhenti dalam waktu-waktu tertentu, tetapi tanggungjawab terus berkelanjutan sampai bayi yang dibaptis menjadi dewasa dan dapat menentukan jalan hidupnya sendiri.
Orangtua diharapkan terus memperhatikan perkembangan iman anak sampai batas tertentu. Gereja mengharapkan anak dapat berkembang dalam suasana keluarga yang kristiani.
Pada saat orangtua membawa bayi atau anaknya yang berusia di bawah lima tahun untuk dibaptis, Gereja mengatakan “Keputusan untuk menjadi orang Katolik adalah keputusan orangtua, BUKAN keputusan anak.”
Jadi kalau sepasang suami-istri membawa anaknya yang masih kecil dan mengatakan: “Pastor, tadi malam anak saya tidak bisa tidur; menangis karena ingin menjadi orang Katolik”; itu bohong.
Kenapa..??? Karena bayi dan anak balita belum bisa ambil keputusan penting seperti itu. Lalu, kenapa gereja mengijinkan? Karena Gereja yakin dan percaya bahwa tanggung-jawab iman anak ada dalam tangan orangtua berkat Sakramen Perkawinan. Artinya, jaminan iman anak ada pada tangan orangtua. Maka, orangtua berkewajiban untuk membantu anak agar perlahan-lahan keputusan menjadi orang Katolik bukan lagi keputusan orangtua, melainkan keputusan pribadi anak.
Orang tua Katolik saat menikah diharuskan Gereja untuk mengajarkan iman Katolik kepada anaknya. Kebanyakan anak Katolik memang akhirnya beragama seperti orang tuanya.
Dan tentu saja peran orang tua sangat penting karena semua umat Katolik adalah Anggota Gereja yaitu Tubuh Kristus dan Yesus sendiri adalah Kepala-Nya. Kepala dan Tubuh adalah SATU. Orang tua sebagai bagian Tubuh Kristus adalah yang utama dalam membina mahkluk Katolik baru (bayi mereka). Kita sebagai umat Katolik lain yang juga termasuk tubuh Kristus juga punya kewajiban untuk membimbing anak-anak Katolik.
Orang Tua bagaimanapun juga selalu memilihkan yang terbaik untuk anak-anaknya. "Adakah orangtua yang akan memberi batu jika anaknya minta roti atau orangtua akan memberikan ular, jika anaknya meminta seekor ikan?". Hanyalah orang tua yang bertanggung-jawab saja yang tahu apa yang terbaik untuk anaknya, karena dengan itu mereka telah memberikan landasan dan pegangan hidup yang kuat bagi kehidupan si kecil. Apa yang baik bagi orangtua mestinya baik pula bagi si anak.

(Kan. 868) menyatakan bahwa :
1. Orang tua dari bayi yang akan dibaptis sekurangkurangnya satu dari mereka atau yang menggantikan orangtuanya secara legitimade dapat/bisa menyetujuinya.
2. Terdapat harapan yang cukup berdasar, bahwa anak tersebut akan dididik dalam terang Agama Katolik.
Tentu yang mengaku imannya bukan anak/bayi yang dibaptis tetapi orangtuanya. Dengan pengakuan itu, sekaligus sang orangtua berjanji untuk mendidik anaknya dalam iman yang dipegangnya. Inilah tanggungjawab orangtua terhadap anaknya kelak. Nanti setelah anak itu dewasa, mereka harus menyatakan imannya secara pribadi kepada Allah. Tugas dan tanggungjawab orangtua menang sangat berat, maka dianjurkan perlu adanya Wali Baptis. Tugas wali baptis adalah membantu orangtua dalam tanggung-jawab yang besar tadi.



Catatan tambahan:






Seorang bayi yang untuk kesehatan fisiknya saja kita tahu memberi makanan apa yang terbaik apalagi untuk makanan jasmaninya. Bayi tidak memilih makanan yang terbaik untuk fisiknya, demikian juga untuk rohaninya. Oleh karena itu, seperti apa yang terbaik untuk fisiknya menurut kita, begitu juga kita memberikan apa yang terbaik menurut kita untuk rohaninya.